Sabtu, 28 Januari 2012

Sering Pakai "High Heels" Bisa Rusak Cara Jalan

Banyak wanita yang menyadari bahwa mengenakan high heels (tumit tinggi) sangat susah untuk terasa nyaman, stabil, atau praktis. Tetapi mereka tetap menggunakannya karena alasan meningkatkan rasa percaya diri. Padahal, jika wanita kerap memakai sepatu berhak tinggi bisa mempengaruhi cara jalan mereka saat tidak mengenakannya. Pada penelitian terbaru ini tidak melihat pada adanya rasa sakit, keuntungan ataupun anekdot dengan sepatu hak tinggi. Peneliti lebih melihat implikasinya secara fisiologis akibat goyah dengan tumit setinggi tiga hingga empat inchi setiap harinya. Ilmuwan Australia telah menemukan bahwa pengguna high heels terus-menerus memaksa kaki ke posisi 'plantarflexed' atau jari-jari kaki menurun ke bawah, yang membuat gaya berjalan perempuan berubah-dengan risiko menyebabkan kerusakan permanen pada otot-otot kaki. Peneliti membandingkan grup pecinta high heels dengan dengan kelompok perempuan yang dikontrol, semuanya berusia antara akhir remaja dan awal 30-an, yang jarang memakai sepatu hak tinggi. Ilmuwan meminta perempuan berjalan tanpa sepatu tumit untuk menilai apakah telah mengubah cara mereka berjalan, sebagaimana laporan New York Times. Peneliti Universitas Griffith, Queensland, meminta para perempuan untuk berjalan di landasan sepanjang 7 meter dan di bawahnya dipasang sensor. Mereka memantau kekuatan masing-masing kaki di tanah serta aksi sendi dan otot. Penelitian yang diterbitkan bulan ini di Journal of Applied Physiology, menemukan bahwa saat berjalan di landasan datar, pecinta tumit tinggi, yang mengenakanya selama lebih dari 40 jam seminggu selama dua tahun sebelumnya - memiliki neuromechanically dengan menyesuaikan gaya berjalan dengan tanpa tumit. Pemakai sepatu datar terlihat langkahnya lebih panjang, dengan menggunakan tendon mereka untuk berjalan daripada terlalu melibatkan betis mereka. Sedangkan pemakai sepatu bertumit seperti Victoria Beckham, langkahnya lebih pendek, langkah yang lebih agresif, menempatkan lebih banyak tekanan pada otot betis. Pemakai high heels perlu kerja lebih di otot betis mereka untuk mengambil langkah-langkah, dibandingkan mereka yang mengandalkan tendon, yang dengan cekatan mengontrol berjalan tanpa alas kaki. Times melaporkan bahwa temuan itu tidak mengejutkan untuk tim yang dipimpin Dr Neil J Cronin. Hasilnya menunjukkan bahwa setelah hanya dua tahun, pemakai tumit tinggi lebih mungkin menderita kelelahan otot dan cedera regangan. Dr Cronin mengatakan, perawatan khusus perlu dilakukan ketika berolahraga dan memberikan tekanan pada tendon yang tidak sering tertekuk sepenuhnya. Penulis menyarankan istirahat dari menggunakan high heels. Sepatu bertumit tinggi itu hanya dikenakan sekali atau dua kali minggu Sumber: liputan6.com

0 komentar:

Posting Komentar